Warga Titi Merah Resah Akan Banjir Kiriman, Warga Dusun 5 Titi Merah Tolak Beko PU Batu Bara Buat Galian Parit Baru

BATU BARA/NEWSSANTIKORUPSI-Warga disisi Hilir Perkebunan PTPN 4 TiU seketika merasa resah dan khawatir akan terkena bencana banjir kiriman lagi dari Hulu desa, sebagimana yang sering mereka alami setiap tahun dimusim penghujan. Ketakutan warga dusun 5 desa Titi Merah kecamatan Limapuluh Pesisir ini terpancar jelas pada Rabu (19/01/22) sekira pukul 13.00 wib usai melihat satu unit beko masuk ke dusun 5 yang mereka duga hendak melakukan penggalian parit baru, guna mengalirkan air dari hulu untuk diteruskan ke Kanal sekitar. Lalu sekelompok warga pun melancarkan protes dan berupaya menolak pembekoan yang akan dilakukan.

Alasan rata-rata warga sebab pernah mengalami trauma, sampai kemudian membuat dugaan sendiri jika nantinya Kanal yang berada disepanjang dusun 5 desa Titi Merah akan semakin penuh dan meluap saat musim penghujan tiba. Kanal yang terbentang sampai ke muara desa Prupuk itu diyakini warga kelak bakal semakin tak akan mampu menampung debit air yang nantinya dialirkan lewat parit galian baru yang berada di dusun 2 hingga dusun 5 desa tersebut.

Bacaan Lainnya

Warga pun merasa sangat kesal dan sempat mengira bahwa PTPN 4 TiU merupakan pihak yang sengaja ingin mengalirkan air dari parit kebun mereka, tapi ternyata dugaan warga salah karena Budiyono Kades Gunung Bandung membeberkan bahwa pihaknya lah yang hendak melakukan penggalian dan itupun setelah mendapat restu dari Bupati Batubara.

“Enggak lah.. kami tidak bermaksud sedikitpun ingin merugikan warga di desa lain, apalagi akibat pembekoan nanti berdampak menyebabkan terjadinya banjir di Hilir. Lagi pula alat berat itu didatangkan atas persetujuan dari pak Bupati sesudah kami melaporkan bahwa areal persawahan warga yang sering tergenang terutama usai turun hujan”, pungkas Budiyono.

“Pak Bupati bilang “sudah.. pak Kades buat saja surat ke PU secepatnya” dan alhamdulillah besoknya beko pun langsung datang. Jadi tujuan penggalian bukan untuk membuat parit baru, melainkan pengerukan guna menaikkan sendimentasi parit. Dengan maksud perbaikan alur pengairan sawah guna meningkatkan perekonomian warga”, katanya menuturkan.

“Kemudian buangan dari pengerukan akan dinaikkan jadi benteng atas, dan ditengah-tengah pintu air nanti digali berbentuk mangkuk tujuannya agar kalau nanti debit air naik tetap cukup untuk menampung aliran air sehingga parit akan tetap lancar mengalir dan tidak akan meluap”, jelas Kades Gunung Bandung itu.

 

Alat berat eskavator itu memang bukan milik PTPN 4 TiU tapi milik dinas PU pemkab Batubara. Sebelumnya kami sudah bertemu dengan Bapak M Yakub Kades Titi Merah sekitar bulan 12 tahun 2021 kemarin, dan pak Yakub sendiri sudah mempersilahkan kalau tujuannya untuk kepentingan masyarakat. Tapi saya janji nanti hari Sabtu akan mengundang pak Kades Titi Merah untuk melakukan koordinasi ulang”, ucapnya.

Sementara itu beberapa saat sebelumnya, warga desa Titi Merah dihadapan M Yakub Kades setempat sempat mengungkapkan rasa kekhawatiran mereka seraya mengeluh sebab takut penggalian yang semula mereka duga dilakukan oleh pihak PTPN 4 TiU (secara kebetulan areal perkebunannya berada di Hulu desa Titi Merah) akan berdampak semakin memperparah kondisi banjir yang selalu terjadi saat musim hujan.

Bahkan salah seorang warga tiba-tiba berkomentar, kalau perusahaan Perkebunan Flat Merah milik PTPN 4 itu seperti sengaja ingin mengirimkan bencana banjir ke rumah warga di Hilir mereka. Kemudian untuk sementara warga melarang beko atau eskavator bekerja, namun menunjuk tanah salah seorang warga lain untuk dijadikan tempat parkir sementara alat berat.

Mendengar kekisruhan yang terjadi, M Yakub Kades Titi Merah langsung mendatangi warga yang berkumpul disebuah warung yang tak jauh dari posisi beko di dusun 5 desa Titi Merah. Dan protes warga pun mendapatkan respon serius serta tanggapan sangat aspiratif dari Kades M Yakub.

“Benar sebagian besar disekutar areal pemukiman dan ladang milik warga di desa Titi Merah setiap musim hujan pasti mengalami banjir, bahkan banjir biasanya sampai ke desa perupuk. Sungai penuh sudah pasti kalau debit air diatas naik otomatis kanal ini penuh. Tolong pikirkan, apabila digali dan yang punya tanah setuju ya silahkan. Tapi pikirkan nasib warga lain dan kalau esok-esok banjir, warga jangan lagi salahkan Kades dan Kadus. Kami tidak bertanggungjawab, jangan tanya ganti rugi dari desa, jangan tanya bantuan dari desa sebab masa Covid 19 inipun sudah begitu berat”, bilang M Yakub.

Selanjutnya secara spontan usai Kades M Yakub memberi pernyaataan langsung disambut dengan kalimat “Kami tidak setuju dengan penggalian itu”. Bahkan beberapa warga yang menyuarakan kalimat tidak setuju merupakan orang-orang yang dituakan di Desa Titi Merah.

Salah satunya adalah Amirtan (70), orangtua yang sepertinya pantas dipanggil dengan sebutan Atok inipun merasa sangat keberatan sebab bertahun-tahun dia sudah menjadi korban banjir kiriman dari aliran parit milik PTPN 4 TiU.

“Selama air dari perkebunan masuk, pokok-pokok kami mati. Pokok (pohon-red) pisang yang banyak mati. Sawit tak berbuah lagi gara-gara banjir, biasanya bulan 8 sampai bulan 12. Cocoknya rakyat sini kita demonstrasi ke kantor Bupati, semua warga baik bapak-bapak maupun mamak-mamak di kampung ini. Saya tak setuju digali buangan air dari perkebunan itu”, bilang Atok Amirtan dengan nada lantang.

Senada juga diungkapkan oleh warga lain yang sebelumnya sudah mengadukan persoalan ini kepada Kades M Yakub. Atok Harun (90) misalnya, pria terbilang lanjut usia ini mengaku yang tau betul tentang riwayat desa Titi Merah.

Demikian pula keberatan disampaikan oleh Budi (37), pak Sofian (63) dan Atok Anwar (70). Bahkan warga desa Titi Merah itu sempat pula menuding jika Kades Gunung Bandung adalah oknum yang sengaja kongkalikong dengan Perkebunan PTPN 4 TiU. (albs70).

Pos terkait